Yang pasti persamaan antara ulama Jawa dan Ulama Bugis Makassar adalah sama-sama Ulama, seorang tokoh agama yang kemudian menjadi pemimpin informal ditengah-tengah masyarakat.
Ada yang menarik bila membedah keberadaan kedua ulama ini. Di Jawa, Ulama lebih sreg menggunakan gelar Kyai Haji (KH), sementara di kalangan Bugis Makassar, gelar KH ini dikesampingkan dan lebih suka menggunakan gelar ‘Anre Gurutta Haji’ atau disingkat AGH. Meski di Sulsel, sendiri beberapa tokoh Bugis-Makassar pernah menggunakan gelar KH, diantaranya KH. Ali Yafie, mantan Ketua MUI. Namun seiring perkembangannya, gelar KH di Sulsel menghilang dan menggantinya dengan gelar AGH bukan KH? Seperti ulama-ulama pesohor lainnya di nusantara. Apakah terjadi pergeseran nilai dikalangan KH?, ataukah AGH hanya cermin identitas orang-orang Bugis Makassar? Baca Selengkapnya..
Komentar Sahabat